... like a relationship
you either love it or hate it
it makes you either deliriously happy, or miserable
you want to be in it, or best be without it
it requires effort and love
in the end it becomes a habit
it also takes commitment
since it has become more of a commitment than I could take right now
I'm taking it slow, one step at a time
because a novel has proven to be bigger than I thought I could handle
I'm starting with short stories instead
(I happen to have a rather large collection of unfinished short stories that go limp without endings, so every evening after work, I'm gonna listen to My Vintage Romance and edit it one by one).
I know I might not be able to finish everything, not to mention finding a solution to those loose endings.. but I'll work on it.
I promise myself that.
Welcome!
This is the official blog of Winna Efendi, author of several bestselling Indonesian novels.
Selasa, 21 April 2009
Senin, 20 April 2009
what next?
pertanyaan yang kerap kali saya tanyakan pada diri sendiri
sepertinya bahkan sudah ditanyakan dua kali di blog ini
akhirnya selesai menulis dan mengedit sesuatu
lalu stagnan beberapa bulan
bertukar email mengenai penulisan prosa dan skenario dengan seorang teman pena di Amerika
saya belajar tapi tidak berbuat
saya memulai
tapi tidak menyelesaikan
hari ini,
saya menulis, mengedit dan mengubah sepotong cerpen
berhasil, berhasil, berhasil :)
sepertinya bahkan sudah ditanyakan dua kali di blog ini
akhirnya selesai menulis dan mengedit sesuatu
lalu stagnan beberapa bulan
bertukar email mengenai penulisan prosa dan skenario dengan seorang teman pena di Amerika
saya belajar tapi tidak berbuat
saya memulai
tapi tidak menyelesaikan
hari ini,
saya menulis, mengedit dan mengubah sepotong cerpen
berhasil, berhasil, berhasil :)
Minggu, 19 April 2009
death
The sky was a palette of blue
unsuitable for someone like me
The air was cold when I got near
it always was, I didn’t see the need to change
The soul shivered when I extracted it
looked me in the eye
and smiled one last human smile
she did not say goodbye
I said, embrace me
and come with me
Outside
the sky was still a canvas of blue
I took her with me
She held my hand
Saying, I have always been expecting you
I said,
I am death
and I am haunted by humans
inspired by Markus Zusak's the Book Thief
Senin, 13 April 2009
Interview @ Radio A Jakarta
Interviewnya hari Rabu tanggal 8 April 2009, jam tujuh sampai delapan malam. Studionya di Tebet, mungil tapi apik :) di sana saya ketemu dengan mbak Hanny, produser radio A, sekaligus Amanda, sang penyiar yang ternyata juga ingin jadi penulis dan sedang menulis buku. Saya juga ketemu Yulius dari bagian promosi di Gagas Media.
Sebelum mulai, kita ngobrol-ngobrol tentang nulis, Jepang, Zimbabwe (loh?) dan tema-tema novel yang baru. Saya baru tahu kalau Ai sudah sold out dalam tiga minggu, dan sekarang sedang naik cetak kedua. Wow! Rasanya senang sekali :D
Jadi sebelum interview mulai, saya sudah nggak terlalu gugup lagi. Berikut obrolan singkat kita selama satu jam..
Sejak kapan dan mengapa menulis?
Saya sudah suka menulis sejak kecil, tapi baru mulai menekuni sejak tiga tahun yang lalu, saat saya bergabung dengan sebuah komunitas online. Sejak saat itu, saya mulai menulis cerpen, artikel, dan menerbitkan novel-novel saya.
Sinopsis
Novel ini bercerita mengenai persahabat dua remaja Jepang, Sei dan Ai. Suatu hari, pemuda Tokyo bernama Shin datang ke desa mereka. Mereka bertiga mulai bersahabat dan akhirnya pindah ke Tokyo. Sei baru menyadari perasaannya untuk Ai saat sahabatnya ini bertunangan dengan Shin.
Apa yang menginspirasi untuk menulis novel ini?
Pada awalnya saya terinspirasi untuk menulis tentang Jepang setelah membaca novel karangan Banana Yoshimoto, seorang penulis Jepang yang sangat berbakat. Selain itu, saya ingin menulis tema dengan latar belakang baru yang belum pernah saya tulis sebelumnya.
Lalu kenapa Jepang?
Saya selalu kagum pada penggambaran Jepang yang ada dalam buku, manga, anime dan film-film Jepang, mulai dari bahasa yang mereka gunakan, pop culture, hingga kebiasaan sehari-hari. Latar Tokyo yang dibumbui dengan tradisi khas Jepang, serta tema yang diangkat dalam novel ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya saat menulis.
Nuansa Jepang di novel ini sangat kental, apakah mbak Winna pernah tinggal di Jepang?
Sebenarnya, saya sama-sekali belum pernah menginjakkan kaki di Jepang. Suatu hari nanti saya bercita-cita untuk traveling ke sana dan melihat sendiri keindahan hanami.
Kenapa judul novel ini Ai, bukan Sei?
Ai dalam bahasa Jepang bermakna ‘cinta’, dan juga merupakan nama karakter utama novel ini. Bagi saya, Ai adalah penggerak novel ini, seseorang yang menginspirasi seluruh karakter dan adegan dalam buku. Selain itu, Ai mewakili emosi serta perasaan yang ingin saya sampaikan.
Gaya penulisan novel ini sangat ringan, apakah sengaja dibuat demikian agar mudah dimengerti?
Saya menggunakan bahasa baku yang ringan dan gaya menulis yang sederhana supaya cerita Ai mudah dicerna, tanpa harus mengurangi esensi Jepangnya.
Kenapa memberi nama tokoh utamanya Ai dan Sei?
Sebelum menulis, bagian favorit saya adalah menimbang-nimbang karakter yang akan saya ciptakan, dan saya tidak pernah memulai sebuah cerita sebelum menemukan nama-nama yang sempurna untuk mereka. Bagi saya, Ai dan Sei adalah nama yang tepat untuk kedua karakter utama novel ini. Tidak ada alasan khusus, saat sebuah nama terasa sreg dengan karakternya, biasanya saya akan terus menggunakannya.
Apakah penokohan (watak) Ai dan Sei terinspirasi dari pribadi orang-orang terdekat? Kalau iya, siapakah orang-orang terdekat itu?
Tokoh Ai pada awalnya terinspirasi oleh seorang teman pena bermata biru keturunan Jepang yang tinggal di Amerika, kebetulan namanya juga Ai. Kemudian, karakter Ai dan Sei terbentuk dan hidup dalam pikiran saya, menjadi dua karakter utama yang kini dituangkan dalam novel.
Apakah ada survey khusus (tentang Jepang, misalnya) sebelum menulis novel ini? Kalau ada, berapa lama mbak Winna melakukan survey?
Ya, karena saya belum pernah ke Jepang. Riset ini saya lakukan selama kurang lebih tiga bulan, berbarengan dengan proses menulis. Sumber informasinya dari artikel di Internet, blog orang Jepang, teman-teman yang tinggal di Jepang, juga melalui kedutaan, film, manga dan buku, terutama buku traveling.
Berapa lama mbak Winna mengerjakan novel Ai?
Proses menulis draft awalnya sekitar tiga bulan, lalu saya merombak ulang beberapa adegan dan melakukan editing menyeluruh sekitar tiga bulan. Dari proses awal hingga selesai, kira-kira memakan waktu enam bulan.
Sering merasa jenuh ketika menulis novel? Kenapa dan bagaimana menyiasatinya?
Kadang-kadang, ya. Saya berusaha menulis setiap hari untuk mempertahankan konsistensi dan ritme. Tapi jika sedang benar-benar jenuh, saya akan beralih sejenak untuk menonton film dan membaca buku yang inspiratif, lalu kembali menulis. Intinya, saya tidak ingin membiarkan tulisan saya ‘mendingin’ terlalu lama, supaya tidak kehilangan semangat untuk menyelesaikannya.
Menurut mbak Winna, kelebihan dan kekurangan novel ini apa ya?
Menurut saya, novel Ai dapat memberikan informasi baru mengenai Jepang kepada pembaca Indonesia melalui sebuah bacaan yang ringan. Beberapa pembaca juga mengatakan bahwa karakter-karakter di dalam novel ini kuat dan alur ceritanya sangat menarik.
Tips dan trik mbak Winna dalam menulis novel dan mengirimkannya ke penerbit, hingga diterbitkan?
Pertama kita harus mencari penerbit yang sesuai dengan genre kita, lalu kita bisa coba mengirimkan naskah kepada mereka, sekaligus dengan sinopsis cerita dan data diri. Kita bisa menunggu kabar mereka selama 3-6 bulan.
Saran saya, ciptakan tema yang segar dan lain dari yang lain. Juga lakukan editing menyeluruh dari segi adegan, pengembangan karakter, struktur cerita, dialog dan ejaan sebelum menyerahkan naskah ke penerbit. Saat mengirim naskah, jangan lupa sertakan sinopsis cerita (yang dibuat semenarik mungkin) dan data lengkap. Sambil menunggu keputusan penerbit, jangan putus asa dan terus berkarya.
Ada niat untuk menulis novel lagi? Kalau iya, apakah temanya masih sama (cinta)?
Sekarang ini saya sedang menulis novel untuk audience yang lebih dewasa. Inginnya sih, menulis tentang sesuatu yang sama-sekali berbeda dari tulisan saya selama ini.
Apakah ada pesan khusus di dalam novel ini?
Novel ini mengusung tema yang sederhana: makna persahabatan, keberanian untuk merelakan dan melepaskan masa lalu, juga menggapai kebahagiaan. Bahwa tidak pernah ada kata terlambat dalam cinta sejati.
Teka-teki yang bikin pembaca penasaran untuk baca sampai akhir?
Di tengah cerita, ada sesuatu yang terjadi pada Shin dan Ai, yang membuat persahabatan mereka jadi kacau..
Cerita yang paling gila dan seru.
Selama menulis novel Ai dan melakukan riset, saya jadi nambah kenalan dan perbendaharaan kata dalam bahasa Jepang.
Bagian favorit saya yang seru adalah hal-hal seru yang dialami Sei, Shin dan Ai, dari saat mereka ketemu, mulai bersahabat, lalu lulus bersama dan pindah ke Tokyo untuk kuliah. Ada bagian yang lucu, seru, sedih.. Dalam buku ini juga ada adegan festival musim panas dan festival hanami, yaitu melihat bunga sakura, yang menurut saya seru banget.
Tips dalam menulis
- Menulis apa yang kita tahu, atau riset menyeluruh sebelum menulis
- Plot mengalir, karakter yang konsisten, ide yang segar
- Self editing, dan terus menulis.
Selamat juga buat Ella yang dapetin paket buku dari Gagas senilai Rp. 100 000,- :)
Sebelum mulai, kita ngobrol-ngobrol tentang nulis, Jepang, Zimbabwe (loh?) dan tema-tema novel yang baru. Saya baru tahu kalau Ai sudah sold out dalam tiga minggu, dan sekarang sedang naik cetak kedua. Wow! Rasanya senang sekali :D
Jadi sebelum interview mulai, saya sudah nggak terlalu gugup lagi. Berikut obrolan singkat kita selama satu jam..
Sejak kapan dan mengapa menulis?
Saya sudah suka menulis sejak kecil, tapi baru mulai menekuni sejak tiga tahun yang lalu, saat saya bergabung dengan sebuah komunitas online. Sejak saat itu, saya mulai menulis cerpen, artikel, dan menerbitkan novel-novel saya.
Sinopsis
Novel ini bercerita mengenai persahabat dua remaja Jepang, Sei dan Ai. Suatu hari, pemuda Tokyo bernama Shin datang ke desa mereka. Mereka bertiga mulai bersahabat dan akhirnya pindah ke Tokyo. Sei baru menyadari perasaannya untuk Ai saat sahabatnya ini bertunangan dengan Shin.
Apa yang menginspirasi untuk menulis novel ini?
Pada awalnya saya terinspirasi untuk menulis tentang Jepang setelah membaca novel karangan Banana Yoshimoto, seorang penulis Jepang yang sangat berbakat. Selain itu, saya ingin menulis tema dengan latar belakang baru yang belum pernah saya tulis sebelumnya.
Lalu kenapa Jepang?
Saya selalu kagum pada penggambaran Jepang yang ada dalam buku, manga, anime dan film-film Jepang, mulai dari bahasa yang mereka gunakan, pop culture, hingga kebiasaan sehari-hari. Latar Tokyo yang dibumbui dengan tradisi khas Jepang, serta tema yang diangkat dalam novel ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya saat menulis.
Nuansa Jepang di novel ini sangat kental, apakah mbak Winna pernah tinggal di Jepang?
Sebenarnya, saya sama-sekali belum pernah menginjakkan kaki di Jepang. Suatu hari nanti saya bercita-cita untuk traveling ke sana dan melihat sendiri keindahan hanami.
Kenapa judul novel ini Ai, bukan Sei?
Ai dalam bahasa Jepang bermakna ‘cinta’, dan juga merupakan nama karakter utama novel ini. Bagi saya, Ai adalah penggerak novel ini, seseorang yang menginspirasi seluruh karakter dan adegan dalam buku. Selain itu, Ai mewakili emosi serta perasaan yang ingin saya sampaikan.
Gaya penulisan novel ini sangat ringan, apakah sengaja dibuat demikian agar mudah dimengerti?
Saya menggunakan bahasa baku yang ringan dan gaya menulis yang sederhana supaya cerita Ai mudah dicerna, tanpa harus mengurangi esensi Jepangnya.
Kenapa memberi nama tokoh utamanya Ai dan Sei?
Sebelum menulis, bagian favorit saya adalah menimbang-nimbang karakter yang akan saya ciptakan, dan saya tidak pernah memulai sebuah cerita sebelum menemukan nama-nama yang sempurna untuk mereka. Bagi saya, Ai dan Sei adalah nama yang tepat untuk kedua karakter utama novel ini. Tidak ada alasan khusus, saat sebuah nama terasa sreg dengan karakternya, biasanya saya akan terus menggunakannya.
Apakah penokohan (watak) Ai dan Sei terinspirasi dari pribadi orang-orang terdekat? Kalau iya, siapakah orang-orang terdekat itu?
Tokoh Ai pada awalnya terinspirasi oleh seorang teman pena bermata biru keturunan Jepang yang tinggal di Amerika, kebetulan namanya juga Ai. Kemudian, karakter Ai dan Sei terbentuk dan hidup dalam pikiran saya, menjadi dua karakter utama yang kini dituangkan dalam novel.
Apakah ada survey khusus (tentang Jepang, misalnya) sebelum menulis novel ini? Kalau ada, berapa lama mbak Winna melakukan survey?
Ya, karena saya belum pernah ke Jepang. Riset ini saya lakukan selama kurang lebih tiga bulan, berbarengan dengan proses menulis. Sumber informasinya dari artikel di Internet, blog orang Jepang, teman-teman yang tinggal di Jepang, juga melalui kedutaan, film, manga dan buku, terutama buku traveling.
Berapa lama mbak Winna mengerjakan novel Ai?
Proses menulis draft awalnya sekitar tiga bulan, lalu saya merombak ulang beberapa adegan dan melakukan editing menyeluruh sekitar tiga bulan. Dari proses awal hingga selesai, kira-kira memakan waktu enam bulan.
Sering merasa jenuh ketika menulis novel? Kenapa dan bagaimana menyiasatinya?
Kadang-kadang, ya. Saya berusaha menulis setiap hari untuk mempertahankan konsistensi dan ritme. Tapi jika sedang benar-benar jenuh, saya akan beralih sejenak untuk menonton film dan membaca buku yang inspiratif, lalu kembali menulis. Intinya, saya tidak ingin membiarkan tulisan saya ‘mendingin’ terlalu lama, supaya tidak kehilangan semangat untuk menyelesaikannya.
Menurut mbak Winna, kelebihan dan kekurangan novel ini apa ya?
Menurut saya, novel Ai dapat memberikan informasi baru mengenai Jepang kepada pembaca Indonesia melalui sebuah bacaan yang ringan. Beberapa pembaca juga mengatakan bahwa karakter-karakter di dalam novel ini kuat dan alur ceritanya sangat menarik.
Tips dan trik mbak Winna dalam menulis novel dan mengirimkannya ke penerbit, hingga diterbitkan?
Pertama kita harus mencari penerbit yang sesuai dengan genre kita, lalu kita bisa coba mengirimkan naskah kepada mereka, sekaligus dengan sinopsis cerita dan data diri. Kita bisa menunggu kabar mereka selama 3-6 bulan.
Saran saya, ciptakan tema yang segar dan lain dari yang lain. Juga lakukan editing menyeluruh dari segi adegan, pengembangan karakter, struktur cerita, dialog dan ejaan sebelum menyerahkan naskah ke penerbit. Saat mengirim naskah, jangan lupa sertakan sinopsis cerita (yang dibuat semenarik mungkin) dan data lengkap. Sambil menunggu keputusan penerbit, jangan putus asa dan terus berkarya.
Ada niat untuk menulis novel lagi? Kalau iya, apakah temanya masih sama (cinta)?
Sekarang ini saya sedang menulis novel untuk audience yang lebih dewasa. Inginnya sih, menulis tentang sesuatu yang sama-sekali berbeda dari tulisan saya selama ini.
Apakah ada pesan khusus di dalam novel ini?
Novel ini mengusung tema yang sederhana: makna persahabatan, keberanian untuk merelakan dan melepaskan masa lalu, juga menggapai kebahagiaan. Bahwa tidak pernah ada kata terlambat dalam cinta sejati.
Teka-teki yang bikin pembaca penasaran untuk baca sampai akhir?
Di tengah cerita, ada sesuatu yang terjadi pada Shin dan Ai, yang membuat persahabatan mereka jadi kacau..
Cerita yang paling gila dan seru.
Selama menulis novel Ai dan melakukan riset, saya jadi nambah kenalan dan perbendaharaan kata dalam bahasa Jepang.
Bagian favorit saya yang seru adalah hal-hal seru yang dialami Sei, Shin dan Ai, dari saat mereka ketemu, mulai bersahabat, lalu lulus bersama dan pindah ke Tokyo untuk kuliah. Ada bagian yang lucu, seru, sedih.. Dalam buku ini juga ada adegan festival musim panas dan festival hanami, yaitu melihat bunga sakura, yang menurut saya seru banget.
Tips dalam menulis
- Menulis apa yang kita tahu, atau riset menyeluruh sebelum menulis
- Plot mengalir, karakter yang konsisten, ide yang segar
- Self editing, dan terus menulis.
Selamat juga buat Ella yang dapetin paket buku dari Gagas senilai Rp. 100 000,- :)
Minggu, 12 April 2009
Long weekend
Monday..
very tired
Tuesday...
had tennis and was especially exhausted
Wednesday..
talkshow, late dinner at that new Italian place at Sudirman
Thursday, Friday, Saturday..
hanging out, movies, games at TimeZone, both brunch and dinner with you, barbecue parties, late night movies.
Sunday..
some me-time with a few books and good movies. Catching up on Boys Over Flowers :) family dinner.
very tired
Tuesday...
had tennis and was especially exhausted
Wednesday..
talkshow, late dinner at that new Italian place at Sudirman
Thursday, Friday, Saturday..
hanging out, movies, games at TimeZone, both brunch and dinner with you, barbecue parties, late night movies.
Sunday..
some me-time with a few books and good movies. Catching up on Boys Over Flowers :) family dinner.
Langganan:
Postingan (Atom)