Tadi siang saya pergi ke kampus UIN yang lebar dan asri (ada banyak bazar untuk memperingati anniversary-nya dua hari yang lalu). Saya berhenti di lantai 2 gedung teater tempat fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Jurnalistik (wow, dari dulu ingin sekali belajar jurnalisme). Di sana saya disambut beberapa teman di sana, Mbak Ummu selaku moderator yang sangat ramah dan humoris, lalu ada Mbak Rina dan masih banyak lagi.
Yang menjadi pembicara hari ini ada empat orang termasuk saya. Yang lain adalah Rachmania Arunita sebagai penulis, penulis skenario dan sutradara Lost in Love, juga Bapak Aries R Prima selaku editor AKOER dan Bapak Edi Effendi sang dosen jurnalistik yang eksentrik dan menyenangkan.
Acara dimulai dengan biodata masing-masing pembicara dan sinopsis singkat kedua buku yang akan dibahas. Lalu dilempar ke opini mengenai penerbitan dan penulisan buku oleh kedua senior kita, kemudian Bapak Edi (yang senang dipanggil Pak'E), bercerita sedikit mengenai pengalamannya menulis. Bapak Edi sudah berkecimpung sebagai sastrawan sekaligus penulis puisi dan cerpen di Kompas, dan mendapat beasiswa menulis di LA bersama Seno Gumira. Saya senang sekali karena mendapat banyak insights dan kritik mengenai novel saya.
Novel Lost in Love dikritik sebagai kekurangan deskripsi ruang dan waktu - baik tempat, karakter maupun detail. Seperti yang dibilang Windry di reviewnya. Saya juga mendengar curhat Nia sebagai sutradara dan juga dari sisi penulis - sangat kagum melihat gaya bicaranya yang rileks dan laid back, sedangkan saya gugup dan kacau hehehe.
Novel Kenangan Abu-abu sendiri dikritik karena pengembangan karakternya yang kurang konsisten, juga saya akui. Karakter Freya, Gia dan Moses agak serupa dalam cara penulisannya, sedangkan seharusnya tidak begitu. Walau begitu, Pak Edi memuji cara pembukaan novel yang cukup cerdas, walau tidak terbawa sampai akhir.
Setelah sesi tanya jawab dan curhat colongan Nia dan Pak Edi, kami foto bareng, tanda tangan novel dan ngobrol sebentar sebelum saya meluncur pulang. Fiuh, lega dan senang bisa ketemu teman-teman sekalian!
Yang menjadi pembicara hari ini ada empat orang termasuk saya. Yang lain adalah Rachmania Arunita sebagai penulis, penulis skenario dan sutradara Lost in Love, juga Bapak Aries R Prima selaku editor AKOER dan Bapak Edi Effendi sang dosen jurnalistik yang eksentrik dan menyenangkan.
Acara dimulai dengan biodata masing-masing pembicara dan sinopsis singkat kedua buku yang akan dibahas. Lalu dilempar ke opini mengenai penerbitan dan penulisan buku oleh kedua senior kita, kemudian Bapak Edi (yang senang dipanggil Pak'E), bercerita sedikit mengenai pengalamannya menulis. Bapak Edi sudah berkecimpung sebagai sastrawan sekaligus penulis puisi dan cerpen di Kompas, dan mendapat beasiswa menulis di LA bersama Seno Gumira. Saya senang sekali karena mendapat banyak insights dan kritik mengenai novel saya.
Novel Lost in Love dikritik sebagai kekurangan deskripsi ruang dan waktu - baik tempat, karakter maupun detail. Seperti yang dibilang Windry di reviewnya. Saya juga mendengar curhat Nia sebagai sutradara dan juga dari sisi penulis - sangat kagum melihat gaya bicaranya yang rileks dan laid back, sedangkan saya gugup dan kacau hehehe.
Novel Kenangan Abu-abu sendiri dikritik karena pengembangan karakternya yang kurang konsisten, juga saya akui. Karakter Freya, Gia dan Moses agak serupa dalam cara penulisannya, sedangkan seharusnya tidak begitu. Walau begitu, Pak Edi memuji cara pembukaan novel yang cukup cerdas, walau tidak terbawa sampai akhir.
Setelah sesi tanya jawab dan curhat colongan Nia dan Pak Edi, kami foto bareng, tanda tangan novel dan ngobrol sebentar sebelum saya meluncur pulang. Fiuh, lega dan senang bisa ketemu teman-teman sekalian!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar