Welcome!

This is the official blog of Winna Efendi, author of several bestselling Indonesian novels.

Rabu, 20 Juni 2012

Feelings about Truth or Dare

Semalam saya duduk dan kembali membaca Truth or Dare. Ini adalah kebiasaan saya - begitu naskah selesai dan dikirim ke penerbit, saya tidak pernah menyentuhnya lagi sampai tiba versi cetaknya di atas meja. Begitu menerima versi cetaknya, saya akan menghabiskan beberapa jam membaca ulang seluruhnya, meresapi kembali. Ini artinya, kadang sampai berbulan-bulan saya merindukan naskah itu dan ingin membacanya lagi. Dalam kasus Truth or Dare, persisnya 6 bulan sejak terakhir saya melihatnya.

Jadi, saya pun mengunjungi Alice. Alice adalah salah satu karakter yang saya sukai. Tidak sepenuhnya otentik, saya melihat jejak Freya, Annalise, bahkan Abigail dalam dirinya. Tapi Alice sepenuhnya milik saya - dia gadis berperingai aneh yang terlihat seperti elf bermata hijau dan berambut pirang putih... sejak lama saya ingin menulis tentang dia.

Saat membaca, saya pun merasakan perasaan-perasaan itu kembali. Rasa saat memenakan Ai, saat mengetik lembaran Refrain, Remember When... mungkin karena temanya persahabatan, saya pun merasa seperti kembali pada saat-saat menyenangkan saat menulis naskah awal saya yang terdahulu. Mungkin pembaca akan mengeluh bahwa ceritanya terlalu familier, terlalu sama dan formulaik, tapi buat saya, I always try to insert something new. Walau saya akui dalam Truth or Dare, saya terlalu terlena dalam kebiasaan-kebiasaan lama sehingga ada beberapa yang mungkin terkesan daur ulang.

Bulan Desember itu, saya menulis setiap hari. Merangkum kisah Alice dan Catherine, juga Julian. Beberapa adegan mungkin akan terasa terburu-buru, tapi saya punya alasan untuk itu.. kami memiliki keterbatasan jumlah halaman. Karenanya, saya akan memposting deleted scene yang terpaksa saya buang agar tidak terlalu panjang.

It's just that I miss writing about them. Tentang persahabatan sejati, tentang cinta pertama. Jadi, apa pun komentar kalian tentang Truth or Dare, saya sungguh berharap kalian pun merasa kembali dalam memory lane bersama saya.

In my next books, I will always challenge myself and rise to that. It's just that this one book might be my guilty pleasure ;)

Bagi yang sudah baca, ditunggu feedbacknya!

1 komentar:

Akuaniss mengatakan...

Saya sudah baca novel mbak Wina yang ini.. baguss sekalii.. pengen sepandai mbak Wina.. bagi resep dong mbak.. :D