Welcome!

This is the official blog of Winna Efendi, author of several bestselling Indonesian novels.

Senin, 14 April 2014

Rupa-rupa wajah penulis



Sejak dulu saya percaya bahwa seorang penulis memiliki berbagai 'wajah'. Awalnya, memang sulit menemukan wajah yang nantinya akan menjadi ciri khas seorang penulis. Saya pun demikian. Gaya menulis dan pilihan kata saya berubah-ubah, tergantung dari apa yang baru saja saya baca, penulis dan buku yang saya idolakan, sampai 'wajah' yang ingin saya adopsi dan gunakan. Tapi, pada akhirnya 'wajah' sendirilah yang akan muncul, dan tetap bertahan. Setidaknya, demikianlah yang terjadi pada saya.

Proses menemukan jati diri ini butuh jatuh bangun, entah berapa banyaknya kritik. Kritik membuat saya sadar, mungkin jati diri ini masih butuh banyak dipoles. Mungkin ia bukan jati diri yang tepat buat saya. Mungkin juga, jati diri ini sudah benar, namun belum cukup mantap. Pujian mengukuhkan sedikit jati diri yang perlahan-lahan terbentuk. Dari langkah-langkah goyah, akhirnya saya menemukan 'wajah' sebenarnya. Bagaimana cara mengetahui itu adalah 'wajah' yang tepat? Percayalah, saat kamu menemukannya, kamu akan tahu.

'Wajah' menulis saya sejauh ini adalah lembut, dengan kesan polos khas remaja yang menyinggung hal-hal berbau romansa, cinta pertama dan persahabatan. Hal itu terefleksikan dalam pilihan diksi, yang tidak pernah terlalu ruwet, karena saya memang pada dasarnya tidak pandai menulis dalam bahasa Indonesia. Dulu, waktu mulai menulis pertama kalinya, saya memulai dengan bahasa kedua saya yang lebih aktif digunakan, yaitu bahasa Inggris. Saya ingat banyak kritik yang dituai akibatnya - kurang menghargai bahasa Ibu, kurang lokalitasnya, dan masih banyak lagi. Jadi jika ada yang berkata bahasa yang saya gunakan enak dibaca karena sederhana dan mudah dipahami, sekarang kamu tahu alasannya :) Tapi, saya rasa, sedikit banyak pemakaian kata dan bahasa tersebut juga membantu mendefinisikan 'wajah' seorang penulis. Seperti Nina Ardianti pernah menulis dalam resensi novel Melbourne: Rewind, karya tulis seseorang mungkin memang mendeskripsikan sang penulis. Penulis yang ceria akan bercerita dengan riuh pula. Mungkin demikian, saya juga percaya itu.

Kembali lagi ke rupa-rupa wajah. Saya mulai tidak puas. Rupanya, ada 'wajah' lain yang belum tuntas terungkap. Awalnya, sisi gelap dari diri saya tersebut muncul lewat cerita-cerita pendek yang saya tulis di komunitas dan blog. Kemudian, saya mulai mengeksplorasi sisi tersebut lewat novella, yang kemudian dibukukan menjadi Unforgettable. Menurut Christian Simamora yang dulu mengedit naskah tersebut, naskah yang kali ini agak dark, ya. Dan saya setuju.

Jujur, memiliki wajah yang berbeda juga mempunyai resiko tersendiri. Pembaca yang sudah terbiasa dengan ciri khas seorang penulis mengharapkan konsistensi tersebut atau berekspektasi akan menemukan hal yang sama dalam karya-karya baru penulis. Bisa jadi, pembaca terkejut dan suka dengan sisi baru penulisnya, bisa juga justru tak suka dan berubah kecewa. Saya menghadapi keduanya. Ada yang tidak menyukai karya saya yang 'manis' dan menyukai perubahan ini, ada juga yang membencinya. Both are fine for me.

Pada dasarnya, saya hanya senang menemukan berbagai rupa 'wajah' menulis saya. It's like finding secrets on your own, a discovery that you've never known you're able to do. Sama halnya seperti menemukan kecintaan menulis dalam dua atau lebih genre berbeda. Sejak saat itu, saya bertukar-tukar gaya tulis dan genre, sesuai dengan perasaan hati dan aura proyek yang ingin saya kerjakan.

There are no limits. James Patterson bisa menulis thriller dan kisah cinta dalam dua novel yang bagai langit dan bumi. Windry Ramadhina awalnya menulis contemporary romance, lalu mendobrak tren dengan Metropolis yang terkesan misterius. Sefryana Khairil adalah penulis teenlit, yang sekarang menulis romansa kehidupan domestik dan dewasa. Ada juga yang tetap mempertahankan dan terus memoles wajahnya - Alexandra Potter dan Sophie Kinsella terus berkutat pada chicklit, Jodi Picoult pada tema-tema rumit kehidupan dewasa.

Bagaimana dengan saya? Well, I'm not sure yet. Saya ingin terus menemukan rupa yang berbeda dalam perjalanan menulis saya, dan mengejutkan pembaca sekaligus diri sendiri selagi melakukannya.

Picture taken from jamigold.com

4 komentar:

Adam Azkiya mengatakan...

Aaaaah, ini banget Kak, ini banget bahasan yang lagi saya cari, tentang karakter dan ciri khas yang kak Winna bilang 'wajah'

Perjalanan emang terasa panjang, selah sekian lama saya mencari passion dari mulai Desain Grafis, Olahraga dll,betul kata Kak Winna, Saya pikir itu adalah passion Saya tapi sekarang saya mentok di dalam dunia kepenulisan, dan ini emang saya rasa enjoy sekali melakukannya, tapi perjalanan masih berlanjut, sekarng saya harus mencari 'wajah' dari tulisan saya, memang sangat sulit sekali,saya berharap menulis adalah passion saya sesungguhnya hanya perlu menambah polesan-polesan lebih banyak lagi.

Kak winna, saya ingin sekali ada mentor yang bisa menilai tulisan saya akan kemana arahnya, Kak Winna nampaknya bisa jadi mentor yang baik buat saya karena saya rasa tulisan kak Winna itu "Gue Banget" sama kaya tulisan Bang Maheer.

Mungkin saya baru mulai ngeblog lagi tahun ini dan belum banyak yang di posting tapi saya harap kak Winna bisa sedikit memberi motivasi dan mengarahkan kapasitas kemampuan saya dengan'Wajah' sesungguhnya yang ditemukan.

Terimakasih Kak Winna

thea.senorita mengatakan...

postingan yang bagus banget, Winna. I love it!

Tin mengatakan...

ohh jadi kalau ada hal-hal yang berbeda dari karya seorang penulis itu karena emang sengaja ya pengen cari 'wajah' barunya? saya sendiri masih dalam tahap mencari 'wajah' kak :) masih sering nulis berdasarkan hal-hal yang baru saya baca atau tonton :D

Winna Efendi mengatakan...

@Adam: terima kasih. Semangat terus menulisnya ya.

@Thea: terima kasih mbak :)

@Kartini: selamat menemukan 'wajah' :D