Banyak orang yang berpendapat, Remember When (dulunya berjudul Kenangan Abu-Abu), atau mungkin justru Ai, adalah naskah novel pertama saya. Keduanya bukan novel pertama yang saya penakan.
Dua malam silam, ingatan membawa saya kepada sebuah file MS Word di tahun 2000, pada manuskrip lama yang diketik kata demi kata oleh saya versi empat belas tahun. Sebelum menjelma menjadi kata-kata dalam layar, bentuknya adalah tulisan tangan dalam buku tulis lama, buah pikiran seorang anak yang tak pernah menyangka akan bercita-cita menjadi penulis.
Karakter perempuannya bernama Mecca Morris, seorang gadis enam belas tahun berambut merah dan bermata hijau, kombinasi yang hingga kini sangat saya sukai untuk seorang karakter. Laki-lakinya berambut ikal halus, bermata cokelat, namanya Daniel. Adegan prolog adalah perpisahan keduanya. Bab pertama adalah pencatatan nama pada hari pertama kelas satu SMA.
Panjangnya kalau tidak salah tujuh puluh halaman, diketik dalam font kecil nan rapat, tanpa pengaturan jeda paragraf. Ceritanya khas remaja, tentang percintaan yang dramatis, juga tentang pertentangan keluarga. Ada sedikit bubuhan fantasi di dalamnya, bagi saya yang kala itu mencintai cerita tentang keajaiban.
Sayangnya, menjelang setahun kemudian, file komputer itu musnah, kala komputer saya terserang virus. Hasil ketikan anak yang setiap sore duduk di depan komputer pertamanya untuk melanjutkan cerita sepulang sekolah itu tak dapat diselamatkan. Naskah serupa kemudian dipenakan ulang, kali ini dengan tangan. Benda tersebut kini pun entah ada di mana. Tapi hingga kini, saya masih ingat jelas apa persisnya isi cerita dalam naskah tersebut, dari awal hingga akhir. Entah kenapa, hal itu senantiasa lekat di benak saya.
Itulah sedikit cerita tentang naskah novel pertama saya. Bukan Dragonfly, naskah berbahasa Inggris yang ditulis nyaris lima tahun kemudian. Bukan Kenangan Abu-Abu, yang diselesaikan oleh saya yang berusia dua puluh satu tahun. Bukan Ai, yang usai setahun setelahnya.
Jika ditanya, apakah saya akan menuliskannya kembali? Entahlah. Saya pernah melihat buku bertema serupa di pasaran. Saya masih mencoba menyelesaikan proyek-proyek lain. Ada ide yang lebih menarik perhatian. Semua itu mungkin benar.
Yang jelas, saya tak akan pernah lupa pada manuskrip pertama tersebut. Sampai sekarang, bayangannya masih ada di balik sparepart-sparepart yang pernah membentuk PC pertama saya, pada kali pertama saya menyadari bahwa saya senang menulis. Saya bahkan sempat berharap, saya menyadari passion tersebut jauh lebih awal.
Namun ke mana pun ia pergi, tersesat, dan berjalan jauh, ia akan kembali. Ia akan kembali, dan kau akan tahu saat menyambutnya dengan tangan terbuka.
Photo taken from http://blog.exirel.me/