foto diambil dari sharppendullsword.blogspot.com
Saya masih ingat, pertama kali karya saya diterbitkan, saya seringkali mengetikkan nama sendiri pada mesin pencari Google, dan membaca setiap resensi yang dituliskan di sana. Pernah sekali, menemukan juga resensi tentang Kenangan Abu-Abu dan perdebatan mengenai cerita dan kovernya. Setiap kali buku baru terbit, saya juga rajin mengecek Goodreads, hanya untuk membaca resensi pembaca-pembaca pertama, dan bertegur sapa seandainya bisa. Kalau diingat-ingat, waktu-waktu itu rasanya sudah lama sekali.
Ngomong-ngomong tentang surat pembaca, surat pembaca pertama saya tiba di inbox akun email pribadi tahun 2009, persisnya setelah Ai terbit. Sejak saat itu, saya senang sekali jika menerima surat-surat pembaca, juga posting di Facebook. Kira-kira tahun 2010, saya aktif dalam Twitter, dan sejak saat itu bertekad membalas setiap email maupun mention yang masuk. Tidak ada alasan khusus, hanya saja saya gembira jika bisa berkomunikasi dengan para pembaca, dan saya ingat kenangan-kenangan lama, di mana saya seringkali mengirimkan email kepada penulis-penulis favorit, namun tidak dibalas. Di luar itu, saya mengerti kok, bahwa mereka mungkin menerima ratusan email sehari, dan tidak bisa membalasnya satu-persatu.
Tentu saja, email yang masuk tidak seluruhnya bersahabat, sama halnya dengan kritik yang membaur dengan hal-hal positif dalam resensi di Goodreads atau blog, misalnya. Ada juga yang menyinggung hal sensitif. Namun, bagi saya, setiap detik yang dihabiskan seseorang untuk menyampaikan sesuatu, bahkan jika hanya satu kalimat, adalah sebuah apresiasi tersendiri. Untuk mencari alamat email saya dari balik kover buku, atau mengetik pesan virtual untuk dikirim, itu saja sudah merupakan sesuatu yang berharga.
Saya masih ingat, kala sedang down, saya sering membaca posting teman-teman semua di Facebook, dan hal itu membuat saya tersenyum kembali serta ingin buru-buru menulis. Ada teman-teman yang sharing tentang kisah persahabatan mereka, ada juga yang mengatakan bahwa buku-buku saya membuat mereka menangis. Ada yang mengirimkan kisah tentang kehidupan asmara yang mirip adegan buku-buku saya, bahkan bertukar dan meminta nasihat. Ada yang minta kisahnya dibukukan, ada juga yang mengajak saya bergabung dalam acara sekolah. Ada yang mengeluh kok ceritanya persahabatan jadi cinta melulu, ada juga yang mengirimkan foto mereka dengan kover buku favorit mereka. Kebanyakan, pembaca juga ingin menulis, dan meminta saran menulis.
Jadi, inilah surat balasan saya untuk kalian. Terima kasih untuk setiap kata, setiap dukungan.
Mungkin, saya tidak terlalu baik dalam berkorespondensi. Mungkin, sepatah dua patah kata yang saya kirimkan sebagai balasan tidak cukup, atau mungkin saya belum bisa membalas semua email maupun ada beberapa yang tersangkut di spam folder saya. Namun begitu, terima kasih.
3 komentar:
mbak winna satu2nya penulis yang pernah meninggalkan jejak dikolom komentar postingan blog saya tentang Remember When, terima kasih ya mbak, sudah menjadi penulis yang sempat meluangkan waktu guna untuk menengok apa yang dilakukan pembaca terhadap karya2 penulis kesukaannya, hehe :)
Hehe sudah tugas penulisnya kok :) Terima kasih ya..
senang menjadi pembaca karya Winna.
Posting Komentar