175 pages. 43 172 words.
Saat ini, itulah yang saya punya. Judulnya masih belum ditentukan, begitu pula tagline-nya. Naskah ini saya mulai sudah cukup lama, awal tahun 2012 atau mungkin sebelumnya, entahlah saya tidak terlalu ingat. Yang pasti, saya memulai ide ini sudah beberapa tahun yang lalu, tentang sepasang sahabat dewasa yang berteman dekat dan berusaha melawan rasa ketertarikan kepada satu sama lain. Tapi, ide itu mengalami puluhan rombakan hingga esensinya berubah jauh dari itu semua.
Saya belum bisa menceritakan detail tentang apa naskah terbaru saya ini, juga kapan akan diterbitkan (jika semua lancar, kemungkinan besar pada semester pertama tahun 2013). Naskah ini merupakan partisipasi saya untuk salah satu proyek Gagas Media; lagi-lagi tentang apa, saya belum bisa bercerita lengkap. Lucunya, saya memang sedang dalam proses memenakan naskah ini ketika ternyata temanya sesuai dengan apa yang diperlukan oleh proyek tersebut :) I consider myself really lucky because of that.
Ini adalah naskah novel dewasa. Seperti biasa, tidak banyak adegan 'benar-benar dewasa' dan eksplisit yang dituliskan, walau sedikit lebih terbuka dibanding apa yang ada di Unforgettable. Dari segi gaya bahasa dan eksperimental bercerita, tidak, naskah ini tidak sejalur dengan Unforgettable, yang jauh berbeda dari tulisan saya selama ini. Kalau bisa dibilang, naskah ini adalah campuran antara gaya menulis saya dalam Refrain dan apa yang ada dalam Unforgettable, disertai bumbu-bumbu dari Ai, Remember When, Truth or Dare, bahkan Unbelievable.
Saya menuliskannya selama 4 bulan (pure writing, with a bit of research), dan hampir 1 bulan untuk mengedit tahap pertama (seperti biasa, mengetik ulang kata demi kata dan mengubah susunan paragraf juga babnya). Kini saya baru saja menyelesaikan editing tahap pertama, dan akan berlanjut ke editing tahap kedua (mengganti susunan sekali lagi jika perlu, memperbaiki specific chapter yang memerlukan perbaikan, dan menambah atau memotong adegan). Fingers crossed agar naskah ini bisa selesai sebelum tenggat waktu (Desember 2012), atau mungkin lebih awal (hopefully this month).
Saya tidak ingin muluk-muluk dalam berkarya. Kadang, ada kangen yang terasa kalau lama nggak menyentuh laptop untuk menulis. Saat menulis, sering ada rasa frustrasi karena tulisan nggak sebaik yang diinginkan. Saat menulis, banyak godaan yang mengganggu, baik tumpukan buku dan film baru, ide baru...
I've been thinking lately, saya tidak punya sesal apa pun terhadap karya-karya saya. Bahwa buku pertama saya gagal di pasaran, kemudian disusul dengan Ai, Refrain, dan novel-novel lain. Tentang karya yang diterbitkan ulang selanjutnya, dan urutan-urutan novel yang diterbitkan. I look back and I see that I've been so blessed and there are no regrets, baik maupun buruk. Saya tidak pernah menyesal telah menuliskan karya-karya itu, dan mereka menjadi bukti nyata kehidupan saya yang bermetamorfosa. Seperti manusia pada umumnya, saya punya momen jatuh bangun, baik buruk. Karya tidak akan selalu disukai semua orang, baik cerca dan pujian akan saya terima. Akan ada momen lemah dalam buku-buku saya, juga poin-poin baik. Akan ada kelebihan, juga kekurangan. Yang saya harap hanyalah, saya dapat terus menulis tentang hal-hal yang saya sukai, dan mengeksplorasi koneksi antar manusia dan hubungan-hubungan yang ada, karena selama ini itulah yang melandasi cerita-cerita saya.
Hari ini saya terinspirasi oleh profil Lois Lowry dalam halaman Goodreadsnya. Panjang, dan bercerita tentang hidupnya. Dia tidak membanggakan karyanya dengan panjang lebar menuliskan urutan bukunya yang sudah terbit, juga penghargaan apa saja yang dia dapatkan (dan saya yakin sudah banyak sekali). Beliau bercerita tentang kehidupannya sebagai anak tengah. Ketika kakaknya seperti ibunya, adik lelakinya seperti ayahnya, dia sering sendirian di rumah dan menghabiskan waktu dengan bacaan dan tulisan. Lalu beliau menikah muda, dan hidup berpindah-pindah, sampai akhirnya melanjutkan sekolah dan mulai menulis. Passion terbesarnya adalah menulis tentang hubungan manusia.
Betapa inspiratif dan betapa rendah hatinya. Di umur yang sudah sangat matang, beliau masih menelurkan karya (Son, seri keempat The Giver yang saya sukai). Beliau tidak membanggakan diri, dan tidak ingin berhenti berkarya.
Suatu hari, saya ingin seperti beliau. Mungkin hanya angan, tapi saya ingin bermimpi sejauh mungkin :)
3 komentar:
Semangat ya kak winna buat nulisnya :)semoga aku bisa nyusul jadi penulis kaya kak winna, aku suka toko Nata di refrain soalnya sama-sama penyuka hujan. kapan-kapan mampir ke blogku ya (diansilviani.blogspot.com) :) merci
Aku suka kisah sederhana dan manis di novel Refrain. Aku suka kisah sepelik novel Remember When. Aku suka ending yang terkadang tidak ingin dibaca pembaca seperti Truth or Dare. Aku suka detil-detil di novel Unfrogettable. Aku suka suasana Jepang yang kuat di novel Ai. Semoga novel berikutnya ini bakal bisa luar biasa. :)
Dear Dian, terima kasih untuk dukungannya :) Amin.
Dear Alvi, Amin! terima kasih banyak telah membaca dan mengomentari buku-bukuku.
Posting Komentar